Contoh Kalimat Passive Voice dalam Pendidikan

Halo teman-teman semuanya! Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang Contoh Kalimat Passive Voice dalam Pendidikan. Sebagai mahasiswa atau siswa, kita pasti sudah sering mendengar kata-kata tersebut selama belajar di bangku sekolah. Mungkin di awalnya, kita sempat bingung dengan konsep dari kalimat passive voice ini. Nah, untuk membantu kalian memahami lebih jelas tentang subject, auxiliary verb, main verb, dan objek dalam kalimat pasif, yuk kita simak penjelasannya dengan cermat. Jangan sampai lewatkan informasi ini ya!

Contoh Kalimat Passive Voice dalam Pendidikan

Pengertian Passive Voice

Passive voice adalah bentuk kalimat di mana subjek kalimat tidak melakukan tindakan, melainkan menjadi penerima tindakan dari objek dalam kalimat tersebut. Ini berarti fokus utama pasif, dibandingkan aktif, tidak pada orang atau hal yang melakukan tindakan, tetapi pada objek atau kejadian yang menerimanya. Sebagai contoh, “Buku itu dibaca oleh saya” adalah kalimat pasif, sedangkan “Saya membaca buku itu” adalah kalimat aktif.

Dalam bahasa Indonesia, biasanya mengganti subjek agen dari kalimat aktif ke objek penerima dalam kalimat pasif dengan menggunakan kata “oleh”. Namun, terkadang beberapa kata kerja pasif tampil tanpa menggunakan kata “oleh”, seperti ‘terkena’, ‘dihantam’, dan ‘ditabrak’.

Dalam kalimat pasif, fungsi objek dalam kalimat menjadi lebih penting daripada subjek agen, namun ada beberapa kalimat pasif yang tidak menggunakan ‘oleh’ karena tidak jelas siapa yang melakukan tindakan tersebut. Misalnya, kalimat “Kacangnya diambil”, tidak jelas siapa yang mengambil kacang tersebut.

Tentu saja, penggunaan passive voice dalam bahasa Indonesia tidak selalu diperlukan atau tepat. Ada kalanya kita perlu menggunakan kalimat aktif atau bahkan merubah kalimat pasif menjadi aktif untuk mencapai efek yang diinginkan.

Ciri-ciri Passive Voice

Passive voice atau kalimat pasif adalah jenis kalimat di mana objek menjadi subjek yang aktif, sedangkan pelaku (subjek) menjadi objek yang pasif. Contoh kalimat pasif diantaranya seperti “Buku ini ditulis oleh John” atau “Kalimat ini dibaca oleh pembaca”.

Namun, terdapat beberapa ciri-ciri kalimat pasif yang bisa dibedakan dari kalimat aktif. Berikut adalah beberapa ciri-ciri passive voice yang sering digunakan dalam Bahasa Indonesia.

1. Penggunaan Kata Kerja To Be

Salah satu ciri passive voice adalah penggunaan kata kerja to be (is, am, are, was, were, been, being) yang digunakan sebagai kata bantu dalam kalimat. Misalnya dalam kalimat “Makanan ini disajikan oleh pelayan”, kata kerja to be yang digunakan adalah “disajikan”. Kata tersebut menunjukkan bahwa makanan menjadi objek yang di-“sajikan” oleh pelayan sebagai pelaku dalam kalimat pasif tersebut.

Dalam pembentukan kalimat pasif, kata kerja to be digunakan untuk menunjukkan keadaan di mana objek menjadi fokus dari kalimat. Kata kerja to be ini sering digunakan di dalam kalimat pasif untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi pada objek dalam suatu situasi atau peristiwa.

2. Penggunaan Kata Kerja Ketiga Dalam Bentuk Past Participle

Ciri passive voice yang kedua adalah penggunaan kata kerja ketiga dalam bentuk past participle atau bentuk kata kerja ketiga yang sudah diakhiri dengan “-ed”. Bentuk ini biasanya digunakan pada kalimat-kalimat pasif yang berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dilakukan pada suatu objek. Contohnya seperti dalam kalimat “Bunga ini dipetik oleh anak-anak”, kata kerja “dipetik” merupakan bentuk past participle dari “petik”.

Penggunaan kata kerja ketiga dalam bentuk past participle ini menunjukkan suatu peristiwa atau situasi yang terjadi pada objek tersebut. Kata kerja ketiga di sini menjadi petunjuk bahwa objek sedang mengalami sebuah tindakan atau peristiwa.

3. Tidak Menyebutkan Pelaku

Ciri-ciri passive voice yang ketiga adalah biasanya kalimat ini tidak menyebutkan pelaku dalam kalimatnya. Hal ini menandakan bahwa pelaku dalam kalimat pasif tersebut tidak menjadi subjek utama pada kalimat, melainkan lebih menjadi pelengkap saja. Contohnya kalimat “Puisi ini dibacakan oleh sahabatku”, di mana kalimat tersebut hanya menyebutkan sahabat sebagai pelaku yang membacakan puisi tersebut kepada pembicara.

Ketidaksebutan pelaku dalam kalimat pasif dapat juga digunakan untuk menghindari atau mengelakkan tanggung jawab ataupun menyebutkan seseorang yang seharusnya tidak disebutkan. Namun, dalam beberapa kasus, ketidaksebutan pelaku juga bisa dimaksudkan untuk merespons keinginan seseorang untuk fokus pada objek atau kejadian dalam kalimat.

4. Objek Disajikan Sebagai Subjek

Ciri-ciri passive voice yang keempat adalah bahwa objek atau yang biasanya menjadi objek dalam kalimat aktif, menjadi subjek dalam kalimat pasif. Dalam kalimat aktif seperti “Mbak Ika memasak nasi di dapur”, objek dari kalimat tersebut adalah “nasi”, sedangkan subjeknya adalah “Mbak Ika”. Jika dinyatakan dalam kalimat pasif, maka menjadi “Nasi dimasak oleh Mbak Ika”.

Dalam kalimat pasif, objek menjadi fokus utama dari kalimat tersebut. Penggunaan objek sebagai subjek dalam kalimat pasif menunjukkan bahwa objek menjadi penting atau menjadi pokok pembicaraan dalam kalimat. Dalam kalimat aktif biasanya subjektif menjadi fokus, sedangkan kalimat pasif lebih banyak menekankan pada objek.

Kesimpulan

Menggunakan kalimat pasif dalam penggunaan bahasa sehari-hari tidak salah, namun pekerjaan menulis biasanya dilakukan dalam bahasa aktif dan lebih baik sehingga kalimat terlihat lebih kuat dan jelas. Namun bagi pertanyaan yang menginginkan penekanan pada kalimat yang sedang dibicarakan, kalimat pasif dapat menghasilkan fokus pada objek atau kejadian yang sedang dibahas.

Jadi, itulah beberapa ciri-ciri pasif voice yang umum digunakan dalam Bahasa Indonesia. Ketika membuat kalimat pasif, pastikan bahwa penggunaan kata kerja to be, kata kerja ketiga dalam bentuk past participle, persentase pelaku dan objek yang menjadi subjek, dan menyebutkan objek sebagai subjek benar-benar Anda ketahui.

Contoh Kalimat Passive Voice

Kalimat passive voice atau kalimat pasif merupakan salah satu jenis kalimat dalam Bahasa Indonesia. Kalimat ini digunakan untuk membuat orang atau subjek yang dikenai aksi menjadi objek. Pada jenis kalimat ini, subjek atau orang yang melakukan aksi dimasukkan ke dalam kalimat sebagai objek.

Kalimat ini dapat diidentifikasi dengan menggunakan kata kerja bantu ‘di’ sebelum kata kerja utama dalam kalimat. Contoh kalimat passive voice yang sering digunakan dalam Bahasa Indonesia yaitu “Buku ini ditulis oleh penulis terkenal”. Pembaca dapat mengubah kalimat tersebut menjadi “Penulis terkenal menulis buku ini.”

Untuk lebih memahami penggunaan kalimat passive voice dalam Bahasa Indonesia, di bawah ini beberapa contoh kalimat passive voice yang sering digunakan.

Contoh Kalimat Passive Voice dalam Bahasa Indonesia

1. Kalimat Aktif: Saya meminjam buku dari perpustakaan

Kalimat Pasif: Buku dipinjam dari perpustakaan oleh saya.

Pada kalimat di atas, subjek “saya” menjadi objek “buku” pada kalimat passive voice. Kata “dipinjam” menggantikan kata kerja “meminjam” dan ditambahkan kata “dari” untuk menunjukkan sumber peminjaman.

2. Kalimat Aktif: Anak-anak merusak taman bermain

Kalimat Pasif: Taman bermain dirusak oleh anak-anak.

Pada kalimat di atas, subjek “anak-anak” menjadi objek “taman bermain” pada kalimat passive voice. Kata “dirusak” menggantikan kata kerja “merusak” dan kata “oleh” sebagai penghubung antara objek dengan subjek.

3. Kalimat Aktif: Saya akan mengirimkan surat pada besok

Kalimat Pasif: Surat akan dikirimkan pada besok oleh saya.

Contoh kalimat passive voice di atas menggunakan kata kerja bantu “akan” yang dipasangkan dengan kata kerja utama “dikirimkan”. Dalam kalimat ini, objek “surat” menjadi subjek, sedangkan subjek “saya” menjadi objek dan ditempatkan di akhir kalimat.

Ada juga kalimat passive voice yang tidak menggunakan kata “oleh”, seperti contoh di bawah ini:

4. Kalimat Aktif: Dia merawat ibunya yang sakit

Kalimat Pasif: Ibu yang sakit dirawat oleh dia.

Pada contoh kalimat di atas, subjek “dia” ditempatkan di akhir kalimat dalam bentuk kata ganti “oleh dia” tidak disertakan. Sedangkan, objek “ibunya yang sakit” ditempatkan di awal kalimat sebagai subjek dalam bentuk kata benda yang dipetakan ke kata kerja bantu “di”.

Demikianlah beberapa contoh kalimat passive voice yang sering digunakan dalam Bahasa Indonesia. Cara penggunaan kalimat passive voice bisa bervariasi tergantung dari pembicara atau penulis yang menggunakannya. Namun, penggunaan kalimat passive voice juga tidak boleh berlebihan karena dapat membuat kalimat menjadi tidak mudah dipahami.

Kelebihan dan Kekurangan Passive Voice

Seperti yang kita ketahui, passive voice adalah salah satu jenis kalimat dalam bahasa Indonesia di mana subjek dari kalimat tidak melakukan tindakan, tetapi merupakan objek dari tindakan tersebut. Contohnya adalah “Buku itu telah dibaca oleh Siti”. Dalam kalimat ini, subjeknya (buku) tidak melakukan tindakan (membaca), melainkan menjadi objek dari tindakan yang dilakukan oleh Siti.

Kelebihan dari penggunaan passive voice adalah memberikan fokus pada objek dari suatu tindakan. Dalam contoh kalimat di atas, fokusnya adalah pada buku yang telah dibaca oleh Siti. Jadi, jika kita ingin menekankan pada objek tindakan, maka menggunaan passive voice adalah cara yang tepat.

Namun, kekurangan dari penggunaan passive voice adalah membuat kalimat tersebut menjadi terasa kurang dinamis dan kurang jelas siapa yang melakukan tindakan tersebut. Bahkan, terkadang itu dapat menyebabkan ketidakjelasan pada tujuan dan konteks dari kalimat tersebut.

Sebagai contoh, kita dapat membandingkan dua kalimat berikut ini:

  1. “Makanan itu dimasak oleh ibu.”
  2. “Ibu memasak makanan tersebut.”

Pada kalimat pertama, fokusnya jelas pada makanan, tetapi kita tidak tahu siapa yang melakukan tindakan memasak. Kita hanya tahu bahwa ibu yang melakukan tindakan tersebut melalui passive voice. Sedangkan pada kalimat kedua, fokusnya jelas pada siapa yang melakukan tindakan, yaitu ibu.

Untuk itu, kita perlu mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari passive voice ketika ingin menggunakannya dalam menulis kalimat. Jika kita ingin menonjolkan objek dari tindakan, maka passive voice akan sangat membantu. Namun, jika kita ingin menekankan pada siapa yang melakukan tindakan tersebut, maka sebaiknya kita hindari untuk menggunakan passive voice.

Cara Menghindari Penggunaan Passive Voice yang Berlebihan

Menggunakan passive voice dalam bahasa Indonesia memang lazim dilakukan, bahkan bisa dianggap sebagai cara yang lebih sopan dalam berbicara atau menulis. Namun, jika penggunaannya berlebihan dan terlalu banyak, maka akan membuat tulisan menjadi tidak efektif dan berbelit-belit. Oleh karena itu, berikut adalah beberapa cara untuk menghindari penggunaan passive voice yang berlebihan.

Menggunakan Active Voice

Salah satu cara untuk menghindari penggunaan passive voice yang berlebihan adalah dengan menggunakan active voice pada saat menulis maupun berbicara. Active voice bisa diartikan sebagai kalimat dengan subjek yang ditempatkan di depan dan kata kerja yang menggambarkan apa yang dilakukan subjek tersebut ditempatkan setelah subjek.

Contoh:

  • Passive voice: Buku itu dibaca oleh saya.
  • Active voice: Saya membaca buku itu.

Perhatikan pada contoh di atas, active voice memberikan informasi yang lebih jelas dan efektif dibandingkan dengan penggunaan passive voice. Oleh karena itu, gunakan active voice sesering mungkin agar tulisan atau ucapanmu lebih mudah dipahami.

Memperpendek Kalimat

Kadang kala, penggunaan passive voice terjadi karena panjangnya kalimat yang tidak efektif. Seperti yang diketahui, tulisan yang baik adalah tulisan yang mudah dipahami, dan kalimat yang terlalu panjang bisa membuat tulisan menjadi tidak efektif.

Oleh karena itu, cobalah untuk memperpendek kalimat atau memecahnya menjadi beberapa kalimat yang lebih pendek. Dengan demikian, penggunaan passive voice dan penggunaan kata-kata yang tidak perlu bisa dihindari, sehingga tulisanmu dapat tercetak dengan jelas dan mudah dipahami.

Menggunakan Kata Kerja yang Lebih Kuat

Penggunaan kata kerja yang kuat dapat membantu memperkuat makna tulisan dan menghindari penggunaan passive voice yang berlebihan. Kata kerja yang kuat lebih menggambarkan apa yang terjadi dengan lebih jelas dan tegas, sehingga dapat membantu menggantikan penggunaan passive voice.

Contoh:

  • Passive voice: Penjahat itu ditangkap oleh polisi.
  • Active voice dengan kata kerja kuat: Polisi memburu dan menangkap penjahat itu.

Perhatikan pada contoh di atas, penggunaan kata kerja “menangkap” lebih kuat dan jelas dibandingkan penggunaan kata kerja “ditangkap”. Dengan demikian, penggunaan passive voice dapat dihindari.

Kesimpulan

Penggunaan passive voice memang lazim dalam bahasa Indonesia, namun apabila digunakan secara berlebihan dapat membuat tulisan atau ucapan menjadi tidak efektif dan berbelit-belit. Oleh karena itu, cobalah untuk menggunakan active voice, memperpendek kalimat, dan menggunakan kata kerja yang lebih kuat dalam penggunaan bahasa sehari-hari.

Check Also

Rumus Barisan Geometri: Cara Mudah Mencari Suku-Suku Berikutnya

Selamat datang pembaca setia! Kali ini, kami akan membahas rumus barisan geometri dan cara mudah …