Selamat datang para pembaca, dalam artikel ini kita akan membahas mengenai elastisitas harga permintaan. Pengertian elastisitas harga permintaan adalah kemampuan perubahan besarnya permintaan suatu barang atau jasa sebagai akibat dari perubahan harga. Dalam dunia ekonomi, elastisitas harga permintaan sangat penting karena akan menentukan tingkat respons pasar terhadap perubahan harga. Kita akan membahas contoh soal dalam artikel ini untuk lebih memahami konsep elastisitas harga permintaan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.
Pendahuluan
Price elasticity of demand atau elastisitas harga permintaan adalah konsep yang digunakan untuk mengukur perubahan permintaan produk terhadap perubahan harga produk tersebut. Ketika harga produk naik, maka permintaan terhadap produk tersebut cenderung akan turun atau menurun. Sementara itu, ketika harga produk turun, maka permintaan terhadap produk tersebut akan cenderung naik atau meningkat. Dalam konteks ekonomi, konsep ini sangat penting untuk memahami dinamika pasar dan dapat membantu produsen dalam membuat keputusan yang tepat terkait penentuan harga produk.
Pengukuran Elastisitas Harga Permintaan
Adapun cara mengukur elastisitas harga permintaan adalah dengan membandingkan perubahan jumlah permintaan terhadap perubahan harga produk. Pada umumnya, elastisitas harga permintaan digolongkan menjadi tiga kategori yaitu, elastisitas harga permintaan yang elastis, inelastis, dan unit elastis.
– Elastisitas harga permintaan yang elastis, terjadi ketika perubahan jumlah permintaan lebih besar dibanding perubahan harga produk. Hal ini berarti, konsumen cenderung sangat peka terhadap perubahan harga dan produk. Contohnya seperti transportasi umum, di mana ketika harga tiket naik, maka banyak orang akan beralih ke kendaraan pribadi atau mencari alternatif transportasi lainnya.
– Elastisitas harga permintaan yang inelastis, terjadi ketika perubahan jumlah permintaan lebih kecil dibanding perubahan harga produk. Artinya, konsumen tidak terlalu memperhatikan harga produk dan tetap membeli produk meskipun harganya naik. Contohnya seperti obat-obatan resep yang dibutuhkan untuk menyembuhkan penyakit tertentu, di mana konsumen tetap akan membeli meskipun harganya naik karena produk tersebut sangat penting bagi kesehatan mereka.
– Unit elastis, adalah ketika persentase perubahan permintaan sama dengan persentase perubahan harga. Elastisitas harga permintaan yang unit elastis ini terjadi pada produk yang bisa diganti-gantikan dengan mudah oleh produk lain, maka perubahan harga produk akan membuat konsumen beralih ke produk lain. Contohnya adalah rokok, ketika harga rokok naik maka konsumen akan lebih memilih beralih ke rokok dari merek yang berbeda atau bahkan beralih ke pengganti rokok seperti rokok elektrik atau vape.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti prasaran, kondisi ekonomi, preferensi konsumen, serta kemampuan konsumen.
– Prasarana, misalnya seperti infrastruktur transportasi dan distribusi yang baik akan memudahkan konsumen mendapatkan produk yang diinginkannya. Hal ini dapat membuat konsumen lebih memilih untuk membeli produk meskipun harganya sedikit lebih tinggi.
– Kondisi ekonomi, suatu negara yang mengalami kondisi ekonomi yang buruk akan membuat konsumen menjadi lebih sensitif terhadap harga produk. Perubahan kecil pada harga produk dapat membuat banyak konsumen menunda pembelian produk. Sementara itu, di negara yang kondisi ekonominya kuat, konsumen biasanya tidak terlalu sensitif terhadap harga produk.
– Preferensi konsumen, setiap konsumen punya preferensi masing-masing terkait produk yang mereka inginkan. Jika suatu produk memiliki pengganti yang lebih baik atau lebih murah, konsumen cenderung akan beralih ke produk tersebut, sehingga elastisitas harga produk menjadi lebih tinggi.
– Kemampuan konsumen, harga produk yang terlalu tinggi dibanding kemampuan finansial yang dimiliki konsumen biasanya akan membuat konsumen menunda atau bahkan berhenti membeli produk.
Kesimpulan
Price elasticity of demand atau elastisitas harga permintaan adalah konsep yang penting dalam memahami dinamika pasar dan membantu produsen dalam membuat keputusan terkait penentuan harga produk. Perubahan harga produk dapat mempengaruhi permintaan produk, dan hal ini dapat dipantau melalui elastisitas harga permintaan. Faktor-faktor seperti prasarana, kondisi ekonomi, preferensi konsumen dan kemampuan konsumen dapat mempengaruhi elastisitas harga permintaan produk.
Faktor Penentu Kelenturan Harga
Dalam price elasticity of demand, kelenturan harga (price elasticity) mengukur seberapa besar perubahan jumlah permintaan (demand) suatu barang terjadi ketika harga barang tersebut berubah. Namun, besarnya kelenturan harga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
1. Substitusi
Faktor yang paling umum mempengaruhi kelenturan harga adalah substitusi. Barang yang memiliki substitusi yang banyak cenderung memiliki kelenturan harga yang tinggi, sementara barang yang tidak memiliki substitusi umumnya mempunyai kelenturan harga yang rendah. Misalnya, jika harga beras naik, maka orang mungkin akan beralih ke makanan lain seperti kentang atau mie, sehingga permintaan atas beras akan turun. Hal ini menunjukkan bahwa beras mempunyai substitusi yang banyak, sehingga kelenturan harga beras relatif tinggi.
2. Persentase Pendapatan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kelenturan harga adalah berapa persen pendapatan konsumen yang digunakan untuk membeli suatu barang. Jika suatu barang merupakan bagian penting dari kebutuhan konsumen dan memakan sebagian besar pendapatan mereka, maka kelenturan harga barang tersebut cenderung rendah. Sebaliknya, jika suatu barang bebas untuk dibeli dan hanya memakan sebagian kecil dari pendapatan konsumen, maka kelenturan harganya cenderung tinggi.
3. Kepentingan suatu Barang
Kepentingan (urgency) suatu barang juga dapat mempengaruhi kelenturan harga. Barang yang dianggap sangat penting atau mendesak, seperti obat-obatan atau air minum, cenderung memiliki kelenturan harga yang rendah karena konsumen membutuhkan barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sebaliknya, barang yang dianggap kurang penting seperti barang-barang mewah memiliki kelenturan harga yang tinggi karena konsumen lebih cenderung berhenti membeli barang tersebut ketika harga naik.
4. Durasi Waktu
Durasi waktu juga memainkan peran penting dalam kelenturan harga. Jika waktu yang diberikan konsumen untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan harga memungkinkan, kelenturan harga cenderung tinggi. Jika waktu yang diberikan terbatas, kelenturan harganya akan rendah. Misalnya, jika harga bensin naik secara tiba-tiba, maka konsumen mungkin tidak memiliki waktu yang cukup untuk mencari alternatif atau mengurangi penggunaannya, sehingga kelenturan harga bensin akan rendah. Sebaliknya, jika harga bensin naik secara bertahap dan konsumen diberikan waktu untuk mencari alternatif ataupun mengurangi penggunaannya, maka kelenturan harga bensin akan relatif tinggi.
5. Sifat Barang
Sifat barang yang dijual juga mempengaruhi kelenturan harga. Barang yang mudah diproduksi dengan harga murah dan ketersediaannya melimpah, kelenturan harganya cenderung tinggi karena produsen dapat memenuhi permintaan yang muncul. Sebaliknya, barang yang rumit untuk diproduksi atau hanya tersedia dalam jumlah terbatas, seperti produk-produk kecantikan mewah atau barang seni, cenderung mempunyai kelenturan harga yang rendah karena produsen sulit untuk menambah stok barang tersebut ketika harganya naik.
6. Tingkat Kompetisi
Tingkat kompetisi dalam pasar juga dapat mempengaruhi kelenturan harga. Pasar yang kompetitif dengan banyak pemain dan opsi yang tersedia, kelenturan harga akan cenderung tinggi karena konsumen dapat dengan mudah beralih ke kompetitor ketika harga naik. Sebaliknya, pasar yang tidak terlalu kompetitif dengan sedikit pesaing dapat memiliki kelenturan harga yang rendah, karena konsumen tidak memiliki banyak pilihan.
Dalam hal apapun, kelenturan harga sangat penting untuk memahami bagaimana perubahan harga akan mempengaruhi permintaaan untuk suatu barang. Oleh karena itu, pedagang dan produsen memerlukan analisis mendalam dalam menentukan harga yang tepat untuk suatu barang.
Pengertian Price Elasticity of Demand
Price elasticity of demand adalah ukuran dari seberapa responsif permintaan konsumen atas perubahan harga suatu produk. Ketika harga produk diturunkan, apakah kuantitas permintaan dari produk tersebut akan meningkat atau menurun? Dan seberapa besar perubahannya? Inilah yang menjadi fokus dari price elasticity of demand.
Rumus Price Elasticity of Demand
Rumus untuk menghitung price elasticity of demand terdiri dari dua persamaan:
Respons elasticity:
E= (Persentase Perubahan Kuantitas Permintaan / Persentase Perubahan Harga)
Mid-point elasticity:
E= (Q2 – Q1) / ((Q2 + Q1) / 2)) / ((P2 – P1) / ((P2 + P1) / 2)))
Di mana Q1 adalah kuantitas permintaan dalam periode awal, Q2 adalah kuantitas permintaan dalam periode akhir, P1 adalah harga produk dalam periode awal, dan P2 adalah harga produk dalam periode akhir.
Jenis-jenis Price Elasticity of Demand
Terdapat tiga jenis price elasticity of demand, yaitu:
Price Elastic
Price elastic terjadi ketika perubahan harga menyebabkan perubahan kuantitas permintaan yang lebih besar (atau lebih responsif). Artinya, konsumen cenderung sangat sensitif terhadap perubahan harga dan relatif mudah beralih ke produk-produk lain jika harga naik.
Price Inelastic
Price inelastic terjadi ketika perubahan harga menyebabkan perubahan yang lebih kecil dalam kuantitas permintaan (atau kurang responsif), yang berarti konsumen cenderung kurang sensitif terhadap perubahan harga dan cenderung mempertahankan pembelian produk walau harga naik.
Unit Elastic
Unit elastic terjadi ketika perubahan harga menyebabkan perubahan yang seimbang dalam kuantitas permintaan. Kenaikkan harga akan membuat kuantitas permintaan menurun sebanyak persentase yang sama, sehingga pendapatan konsumen tetap stabil.
Contoh Perhitungan Price Elasticity of Demand di Indonesia
Misalnya, sebuah perusahaan pakaian di Indonesia menaikkan harga celana merk X dari Rp300.000 menjadi Rp350.000. Kuantitas penjualan sebelumnya adalah 10.000 unit per bulan, namun setelah harga naik, kuantitas penjualan menjadi 8.000 unit per bulan.
Kita dapat menggunakan rumus mid-point elasticity untuk menghitung price elasticity of demand:
E= (8000 – 10000) / ((8000 + 10000) / 2)) / ((350000 – 300000) / ((350000 + 300000) / 2)))
E= -0,667
Hasilnya adalah -0,667, yang berarti permintaan untuk celana merk X adalah inelastic. Pengaruh perubahan harga pada jumlah penjualan tidak signifikan. Dalam hal ini, penjualan celana merek X masih relatif stabil meskipun harga naik.
Kesimpulan
Price elasticity of demand sangat penting untuk perusahaan dalam merencanakan strategi harga dan pemasaran produk mereka. Dengan memahami responsivitas konsumen dalam merespon perubahan harga suatu produk, perusahaan dapat mengoptimalkan profitabilitas mereka dan menentukan harga yang tepat untuk produk mereka. Price elasticity of demand juga membantu dalam memahami perilaku konsumen yang lebih baik, dan menguji seberapa kuat merek atau produk dalam pasar yang bersaing.
Kelas-kelas Price Elasticity of Demand
Price Elasticity of Demand (PED) atau elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran seberapa responsif pasar terhadap perubahan harga suatu produk atau layanan. Terdapat tiga kategori kelas price elasticity of demand, yaitu Inelastic Demand, Elastic Demand, dan Unit Elastic Demand.
Inelastic Demand
Dalam kelas inelastic demand, perubahan harga suatu produk atau layanan tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada tingkat permintaan. Ini berarti PED kurang dari 1. Produk atau layanan yang masuk dalam kategori inelastic demand biasanya adalah kebutuhan dasar dan tidak memiliki alternatif pengganti yang mudah. Konsumen akan memperoleh barang tersebut terlepas dari harga yang ditetapkan. Beberapa contoh produk yang masuk dalam kategori inelastic demand adalah:
- Pangan
- Bahan bakar
- Farmasi
- Listrik
Pangan adalah kebutuhan dasar yang diperlukan oleh semua orang dan biasanya tidak memiliki alternatif pengganti yang mudah. Hal yang sama berlaku pada bahan bakar dan listrik. Sedangkan, farmasi adalah kebutuhan kesehatan yang khusus sesuai dengan kebutuhan pasien tertentu. Ini adalah alasan mengapa ketika harga naik, permintaan akan terus berlanjut tanpa memberikan dampak besar pada tingkat penjualan produk atau layanan tersebut.
Elastic Demand
Dalam kelas elastic demand, perubahan harga suatu produk atau layanan akan memberikan dampak yang signifikan pada tingkat permintaan. Ini berarti PED lebih dari 1. Produk atau layanan yang masuk dalam kategori elastic demand biasanya adalah produk atau layanan yang memiliki alternatif pengganti yang mudah. Konsumen akan menimbang alternatif tersebut untuk memperoleh barang dengan harga yang lebih murah. Beberapa contoh produk yang masuk dalam kategori elastic demand antara lain:
- Pakaian
- Kendaraan
- Tiket pesawat
- Hotel dan akomodasi
Misalnya, jika harga tiket pesawat meningkat dan menjadi tidak terjangkau, konsumen akan mencari opsi alternatif seperti naik kereta, bus, atau menggunakan transportasi pribadi untuk mencapai tujuan mereka. Ini akan berdampak pada penurunan tingkat permintaan tiket pesawat.
Unit Elastic Demand
Dalam kelas unit elastic demand, perubahan harga suatu produk atau layanan akan memberikan dampak yang seimbang pada tingkat permintaan. Ini berarti PED sama dengan 1. Produk atau layanan yang masuk dalam kategori unit elastic demand biasanya memiliki alternatif pengganti yang mudah diakses dan harga yang dapat diterima. Beberapa contoh produk yang masuk dalam kategori unit elastic demand yaitu:
- Pulsa telepon
- Tiket bioskop
- Makanan cepat saji
- Kelengkapan elektronik
Pulsa telepon, tiket bioskop, dan makanan cepat saji adalah produk atau layanan yang memiliki harga yang terjangkau dan alternatif pengganti yang mudah diakses. Meskipun kenaikan harga dapat mengurangi permintaan mereka, penurunan harga tidak akan secara signifikan meningkatkan permintaan mereka. Sedangkan kelengkapan elektronik seperti ponsel dan komputer, memiliki pedoman harga yang serupa dan memberikan kemudahan bagi konsumen untuk memilih antara merek dan model yang berbeda.
Pemahaman tentang kelas price elasticity of demand ini penting untuk membantu bisnis dalam menentukan harga. Dengan mengetahui kelas mana yang produk atau layanan yang Anda tawarkan, maka Anda dapat menentukan strategi harga yang tepat untuk memperoleh keuntungan yang optimal.
Penerapan Price Elasticity of Demand di Dunia Nyata
Price elasticity of demand merupakan konsep yang sangat penting dalam ekonomi. Mengetahui berapa banyak kenaikan atau penurunan harga suatu produk atau jasa akan berdampak pada permintaan konsumen sangatlah penting untuk perencanaan bisnis yang sukses. Di bawah ini adalah contoh-contoh bagaimana price elasticity of demand diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh 1: Harga Bahan Bakar
Harga bahan bakar sangat terkenal karena kepekaannya terhadap perubahan harga dan diketahui sebagai salah satu contoh penerapan price elasticity of demand. Oleh karena itu, produsen bahan bakar sering melakukan tarikan harga yang naik turun untuk meningkatkan atau mempertahankan volume penjualan yang diinginkan.
Ketika harga minyak bumi naik, konsumen cenderung akan mempertimbangkan pembelian kendaraan yang lebih hemat bahan bakar atau memilih menggunakan transportasi umum. Namun, ketika harga minyak turun, permintaan akan kendaraan bermotor meningkat dan produsen bahan bakar dapat menaikkan harga untuk menghasilkan keuntungan lebih besar.
Contoh 2: Tiket Bioskop
Industri film menghadapi tantangan serupa ketika menjual tiket bioskop. Tim pemasaran perlu mempertimbangkan harga tiket yang tepat yang akan menarik calon penonton ke bioskop. Jika harga terlalu tinggi, tidak ada orang yang mau membeli tiket, dan jika harga terlalu rendah, keuntungan juga mungkin berkurang.
Demi menjaga stabilitas volume penjualan dan keuntungan, harga tiket bioskop sering berubah-ubah, tergantung pada jenis film yang tayang, waktu tayang, dan permintaan konsumen. Secara umum, film-film dengan popularitas yang ditinggiakan seperti franchise superhero atau adaptasi dari buku bestseller dapat menghasilkan permintaan yang lebih tinggi, sehingga produsen dapat menaikkan harga tiket.
Contoh 3: Sepatu Sneakers
Industri sneakers juga mempertimbangkan price elasticity of demand ketika merencanakan strategi harga mereka. Berbeda dengan harga bahan bakar dan tiket bioskop yang berubah-ubah sepanjang waktu, sepatu sneakers sering dijual dalam harga yang sudah ditentukan sebelumnya. Namun, produsen sepatu sneakers masih mempertimbangkan reaksi para konsumen terhadap harga produk mereka.
Beberapa merek sepatu sneakers mungkin menetapkan harga yang rendah, sementara yang lain memilih untuk memasarkan produk mereka ke kelas atas dengan harga yang lebih tinggi. Namun, perilaku pembelian konsumen dapat berubah setiap saat, dan produsen sepatu sneakers harus bisa beradaptasi dengan cepat.
Price elasticity of demand menjadi pertimbangan penting tidak hanya bagi perusahaan, tapi juga bagi konsumen. Mengetahui bagaimana suatu harga akan mempengaruhi permintaan dapat membantu konsumen membuat keputusan yang cerdas tentang pembelian dan menghemat uang.